Jumat, 18 November 2022

Ruang Kolaborasi Modul 2.2. Pembelajaran Sosial dan Emosional



Minggu, 06 November 2022

Budaya Positif - Guru Penggerak

 

BUDAYA POSITIF

Oleh: Zulfian Yusmana, M.Pd

SMPN 10 Cibeber – Lebak

 

A.      Latar Belakang

Seorang guru diibaratkan sebagai seorang petani yang memiliki peranan penting untuk menjadikan tanamannya tumbuh subur.

Ki Hajar Dewantara mengumpamakan sekolah sebagai sebuah ladang tempat persemaian bibit, agar bibit bisa perkembang secara maksimal maka petani dapat memperbaiki kondisi tanah, memelihara bibit tanaman, memberi pupuk dan air, membasmi ulat-ulat atau jamur-jamur yang mengganggu hidup bibit tanaman dan lain sebagainya. Dari uraian tersebut, kita dapat memahami bahwa sekolah diibaratkan sebagai tanah tempat bercocok tanam sehingga seorang guru perlu mengusahakan agar sekolah menjadi sebuah lingkungan yang menyenangkan, aman, nyaman untuk bertumbuh, serta dapat menjaga dan melindungi setiap murid dari hal-hal yang kurang bermanfaat, atau bahkan mengganggu perkembangan potensi murid.

Dengan demikian, salah satu tanggung jawab seorang guru adalah bagaimana menciptakan suatu lingkungan positif yang terdiri dari warga sekolah yang saling mendukung, saling belajar, saling bekerja sama sehingga tercipta kebiasaan-kebiasaan baik; dari kebiasaan-kebiasaan baik akan tumbuh menjadi karakter-karakter baik warga sekolah, dan pada akhirnya karakter-karakter dari kebiasaan-kebiasaan baik akan membentuk sebuah budaya positif.

Dalam mewujudkan budaya positif perlu adanya disiplin positif. Mari kita bahas tentang konsep disiplin positif dan motivasi melakukan disiplin positif dalam budaya positif.

 

B.      Disiplin Positif dan Nilai-nilai Kebajikan Universal

1.       Disiplin Positif

Kebanyakan orang akan menghubungkan kata disiplin dengan tata tertib, teratur, dan kepatuhan pada peraturan. Kata ‘disiplin’ juga sering dihubungkan dengan hukuman, padahal itu sungguh berbeda, karena belajar tentang disiplin positif tidak harus dengan memberi hukuman, justru itu adalah salah satu alternatif terakhir dan bila perlu tidak digunakan sama sekali.

Dalam budaya kita, makna kata ‘disiplin’ dimaknai menjadi sesuatu yang dilakukan seseorang pada orang lain untuk mendapatkan kepatuhan. Kita cenderung menghubungkan kata ‘disiplin’ dengan ketidaknyamanan.

Ki Hajar Dewantara menyatakan bahwa:

“dimana ada kemerdekaan, disitulah harus ada disiplin yang kuat. Sungguhpun disiplin itu bersifat ‘self discipline’ yaitu kita sendiri yang mewajibkan kita dengan sekeras-kerasnya, tetapi itu sama saja; sebab jikalau kita tidak cakap melakukan self discipline, wajiblah penguasa lain mendisiplin diri kita. Dan peraturan demikian itulah harus ada di dalam suasana yang merdeka.

(Ki Hajar Dewantara, pemikiran, Konsepsi, Keteladanan, Sikap Merdeka, Cetakan Kelima, 2013, Halaman 470).

Ki Hajar menyatakan bahwa untuk mencapai kemerdekaan atau dalam konteks pendidikan kita saat ini, untuk menciptakan murid yang merdeka, syarat utamanya adalah harus ada disiplin yang kuat. Disiplin yang dimaksud adalah disiplin diri, yang memiliki motivasi internal. Jika kita tidak memiliki motivasi internal, maka kita memerlukan pihak lain untuk mendisiplinkan kita atau motivasi eksternal, karena berasal dari luar, bukan dari dalam diri kita sendiri.

Adapun definisi kata ‘merdeka’ menurut Ki Hajar adalah:

mardika iku jarwanya, nora mung lepasing pangreh, nging uga kuwat kuwasa amandiri priyangga (merdeka itu artinya; tidak hanya terlepas dari perintah; akan tetapi juga cakap buat memerintah diri sendiri).

Diane Gossen dalam bukunya Restructuring School Discipline, 2001. menyatakan bahwa arti asli dari kata disiplin ini juga berkonotasi dengan disiplin diri dari murid-murid yang dapat membuat seseorang menggali potensinya menuju kepada sebuah tujuan, sesuatu yang dihargai dan bermakna. bagaimana cara kita mengontrol diri, dan bagaimana menguasai diri untuk memilih tindakan yang mengacu pada nilai-nilai yang kita hargai. Dengan kata lain, seseorang yang memiliki disiplin diri berarti mereka bisa bertanggung jawab terhadap apa yang dilakukannya karena mereka mendasarkan tindakan mereka pada nilai-nilai kebajikan universal.

Sebagai pendidik, tujuan kita adalah menciptakan anak-anak yang memiliki disiplin diri sehingga mereka bisa berperilaku dengan mengacu pada nilai-nilai kebajikan universal dan memiliki motivasi intrinsik, bukan ekstrinsik.

 

2.       Nilai-nilai Kebajikan Universal

Nilai-nilai kebajikan universal merupakan nilai - nilai kebajikan yang disepakati bersama , lepas dari suku, bangsa, agama, bahasa, maupun latar belakangnya. Nilai-nilai universal  bagaikan payung besar  dari perilaku dan sikap kita atau sebagai pondasi kita dalam berperilaku.

Nilai-nilai kebajikan adalah sifat-sifat positif manusia yang merupakan tujuan mulia yang ingin dicapai setiap individu. Seperti yang telah dikemukakan oleh Dr. William Glasser pada Teori Kontrol (1984), menyatakan bahwa setiap perbuatan memiliki suatu tujuan, dan selanjutnya Diane Gossen (1998) mengemukakan bahwa dengan mengaitkan nilai-nilai kebajikan yang diyakini seseorang maka motivasi intrinsiknya akan terbangun, sehingga menggerakkan motivasi dari dalam untuk dapat mencapai tujuan mulia yang diinginkan.

Berikut ini contoh nilai nilai kebajikan dari beberapa institusi/ organisasi : Profil Pelajar Pancasila yakni Beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Berakhlak Mulia, Mandiri, Bernalar Kritis, Berkebinekaan Global, Bergotong Royong dan Kreatif. IBO Primary Years Program (PYP). yakni sikap Murid : Toleransi, Rasa Hormat, integritas, Mandiri, Menghargai, Antusias, Empati, Keingintahuan, Kreativitas, Kerja sama, Percaya diri, Komitmen. Sembilan Pilar Karakter (Indonesia Haritage Foundation/IHF).

 

C.      Teori Motivasi, Hukuman dan Penghargaan, Restitusi

1.       3 Motivasi Prilaku Manusia

Diane Gossen dalam bukunya Restructuring School Discipline, menyatakan ada 3 motivasi perilaku manusia:

a.       Untuk menghindari ketidaknyamanan atau hukuman

Ini adalah tingkat terendah dari motivasi perilaku manusia. Biasanya orang yang motivasi perilakunya untuk menghindari hukuman atau ketidaknyamanan, akan bertanya, apa yang akan terjadi apabila saya tidak melakukannya? Sebenarnya mereka sedang menghindari permasalahan yang mungkin muncul dan berpengaruh pada mereka secara fisik, psikologis, maupun tidak terpenuhinya kebutuhan mereka, bila mereka tidak melakukan tindakan tersebut. Motivasi ini bersifat eksternal.

b.       Untuk mendapatkan imbalan atau penghargaan dari orang lain

Satu tingkat di atas motivasi yang pertama, disini orang berperilaku untuk mendapatkan imbalan atau penghargaan dari orang lain. Orang dengan motivasi iniakan bertanya, apa yang akan saya dapatkan apabila saya melakukannya? Mereka melakukan sebuah tindakan untuk mendapatkan pujian dari orang lain yang menurut mereka penting dan mereka letakkan dalam dunia berkualitas mereka. Mereka juga melakukan sesuatu untuk mendapatkan hadiah, pengakuan, atau imbalan. Motivasi ini juga bersifat eksternal.

c.       Untuk menjadi orang yang mereka inginkan dan menghargai diri sendiri dengan nilai-nilai yang mereka percaya.

Orang dengan motivasi ini akan bertanya, akan menjadi orang yang seperti apabila saya melakukannya? Mereka melakukan sesuatu karena nilai-nilai yang mereka yakini dan hargai, dan mereka melakukannya karena mereka ingin menjadi orang yang melakukan nilai-nilai yang mereka yakini tersebut. Ini adalah motivasi yang akan membuat seseorang memiliki disiplin positif karena motivasi berperilakunya bersifat internal, bukan eksternal.

 

2.       Hukuman dan Penghargaan

a.       Hukuman, Konsekuensi, dan Restitusi

Tindakan terhadap suatu pelanggaran pada umumnya berbentuk hukuman atau konsekuensi.  Hukuman bersifat tidak terencana atau tiba-tiba. Anak atau murid tidak tahu apa yang akan terjadi, dan tidak dilibatkan. Hukuman bersifat satu arah, dari pihak guru yang memberikan, dan murid hanya menerima suatu hukuman tanpa melalui suatu kesepakatan, atau pengarahan dari pihak guru, baik sebelum atau sesudahnya. Hukuman yang diberikan bisa berupa fisik maupun psikis, murid/anak disakiti oleh suatu perbuatan atau kata-kata.

Sementara disiplin dalam bentuk konsekuensi, sudah terencana atau sudah disepakati; sudah dibahas dan disetujui oleh murid dan guru. Umumnya bentuk-bentuk konsekuensi dibuat oleh pihak guru (sekolah), dan murid sudah mengetahui sebelumnya konsekuensi yang akan diterima bila ada pelanggaran. Pada konsekuensi, murid tetap dibuat tidak nyaman untuk jangka waktu pendek.

Adapun Restitusi adalah proses menciptakan kondisi bagi murid untuk memperbaiki kesalahan mereka, sehingga mereka bisa kembali pada kelompok mereka, dengan karakter yang lebih kuat (Gossen; 2004). Restitusi juga merupakan proses kolaboratif yang mengajarkan murid untuk mencari solusi untuk masalah mereka, dan membantu murid berpikir tentang orang seperti apa yang mereka inginkan, dan bagaimana mereka harus memperlakukan orang lain (Chelsom Gossen, 1996). Restitusi juga merupakan disiplin positif yang dapat diterapkan pada masalah siswa di kelas atau di sekolah.

Kata disiplin tanpa tambahan kata ‘positif’ di belakangnya, sesungguhnya sudah merupakan identitas sukses dan hukuman merupakan identitas gagal. Disiplin yang sudah bermakna positif terbagi dua bagian yaitu Disiplin dalam bentuk Konsekuensi, dan Disiplin dalam bentuk Restitusi.

b.       Restitusi Sebuah Cara Menanamkan Disiplin Positif Pada Murid

Restitusi membantu murid menjadi lebih memiliki tujuan, disiplin positif, dan memulihkan dirinya setelah berbuat salah. Penekanannya bukanlah pada bagaimana berperilaku untuk menyenangkan orang lain atau menghindari ketidaknyamanan, namun tujuannya adalah menjadi orang yang menghargai nilai-nilai kebajikan yang mereka percayai. Melalui pendekatan restitusi, ketika murid berbuat salah, guru akan menanggapi dengan mengajak murid berefleksi tentang apa yang dapat mereka lakukan untuk memperbaiki kesalahan mereka sehingga mereka menjadi pribadi yang lebih baik dan menghargai dirinya. Pendekatan restitusi tidak hanya menguntungkan korban, tetapi juga menguntungkan orang yang telah berbuat salah. Restitusi juga sesuai dengan prinsip dari teori kontrol William Glasser tentang solusi menang-menang.

Ada peluang luar biasa bagi murid untuk bertumbuh karakternya, ketika mereka melakukan kesalahan, karena pada hakikatnya begitulah cara kita belajar. Murid perlu bertanggung jawab atas perilaku yang mereka pilih, namun mereka juga dapat belajar dari pengalaman untuk membuat pilihan yang lebih baik di waktu yang akan datang. Ketika guru memecahkan masalah perilaku mereka, murid akan kehilangan kesempatan untuk mempelajari keterampilan yang berharga untuk hidup mereka.

Ciri-ciri restitusi yang membedakannya dengan program disiplin lainnya.

1)      Restitusi bukan untuk menebus kesalahan, namun untuk belajar dari kesalahan

2)      Restitusi memperbaiki hubungan

3)      Restitusi adalah tawaran, bukan paksaan

4)      Restitusi ‘menuntun’ untuk melihat ke dalam diri

5)      Restitusi mencari kebutuhan dasar yang mendasari Tindakan

6)      Restitusi diri adalah cara yang paling baik

7)      Restitusi fokus pada karakter bukan Tindakan

8)      Restitusi menguatkan

9)      Restitusi fokus pada solusi

10)   Restitusi mengembalikan murid yang berbuat salah pada kelompoknya

 

3.       Keyakinan Kelas

Setiap tindakan atau perilaku yang kita lakukan di dalam kelas dapat menentukan terciptanya sebuah lingkungan positif. Perilaku warga kelas tersebut menjadi sebuah kebiasaan, yang akhirnya membentuk sebuah budaya positif. Dalam mewujudkan prilaku warga sekolah yang memiliki budaya positi hal pertama perlu diciptakan dan disepakati adalah membuat keyakinan-keyakinan atau prinsip-prinsip dasar bersama di antara para warga kelas untuk mendapatkan nilai-nilai kebajikan yang disepakati Bersama.

Mengapa keyakinan kelas, mengapa tidak peraturan kelas saja ? jawabannya adalah suatu keyakinan akan lebih memotivasi seseorang dari dalam, atau memotivasi secara intrinsik. Seseorang akan lebih tergerak dan bersemangat untuk menjalankan keyakinannya, daripada hanya sekedar mengikuti serangkaian peraturan yang mengatur mereka harus berlaku begini atau begitu yang membuat ketidaknyamanan dan keterpaksaan. Berikut adalah cara pembuatan keyakinan kelas.

Pembentukan Keyakinan Sekolah/Kelas:

·         Keyakinan kelas bersifat lebih ‘abstrak’ daripada peraturan, yang lebih rinci dan konkrit.

·         Keyakinan kelas berupa pernyataan-pernyataan universal.

·         Pernyataan keyakinan kelas senantiasa dibuat dalam bentuk positif.

·         Keyakinan kelas hendaknya tidak terlalu banyak, sehingga mudah diingat dan dipahami oleh semua warga kelas.

·         Keyakinan kelas sebaiknya sesuatu yang dapat diterapkan di lingkungan tersebut.

·         Semua warga kelas hendaknya ikut berkontribusi dalam pembuatan keyakinan kelas lewat kegiatan curah pendapat.

·         Bersedia meninjau kembali keyakinan kelas dari waktu ke waktu.

 

D.      Restitusi - Lima Posisi Kontrol

Disiplin positif yang berpusat pada murid, yang dikembangkan oleh Diane Gossen dengan pendekatan Restitusi, yang disebut dengan 5 Posisi Kontrol, diantaranya:

1.       Penghukum: Seorang penghukum bisa menggunakan hukuman fisik maupun verbal. Orang-orang yang menjalankan posisi penghukum, senantiasa mengatakan bahwa sekolah memerlukan sistem atau alat yang dapat lebih menekan murid-murid lebih dalam lagi.

2.       Pembuat Merasa Bersalah: pada posisi ini biasanya guru akan bersuara lebih lembut. Pembuat rasa bersalah akan menggunakan keheningan yang membuat orang lain merasa tidak nyaman, bersalah, atau rendah diri.

3.       Teman: Guru pada posisi ini tidak akan menyakiti murid, namun akan tetap berupaya mengontrol murid melalui persuasi. Posisi teman pada guru bisa negatif ataupun positif. Positif di sini berupa hubungan baik yang terjalin antara guru dan murid. Guru di posisi teman menggunakan hubungan baik dan humor untuk mempengaruhi seseorang.

4.       Pemantau: Memantau berarti mengawasi. Pada saat kita mengawasi, kita bertanggung jawab atas perilaku orang-orang yang kita awasi. Posisi pemantau berdasarkan pada peraturan-peraturan dan konsekuensi. Dengan menggunakan sanksi/konsekuensi, kita dapat memisahkan hubungan pribadi kita dengan murid, sebagai seseorang yang menjalankan posisi pemantau.

5.       Manajer: Posisi terakhir, Manajer, adalah posisi di mana guru berbuat sesuatu bersama dengan murid, mempersilakan murid mempertanggungjawabkan perilakunya, mendukung murid agar dapat menemukan solusi atas permasalahannya sendiri. Seorang manajer telah memiliki keterampilan di posisi teman maupun pemantau, dan dengan demikian, bisa jadi di waktu-waktu tertentu kembali kepada kedua posisi tersebut bila diperlukan.

 

E.       Segitiga Restitusi

Diane Gossen dalam bukunya Restitution; Restructuring School Discipline, (2001) telah merancang sebuah tahapan untuk memudahkan para guru dan orangtua dalam melakukan proses untuk menyiapkan anaknya untuk melakukan restitusi, bernama segitiga restitusi/restitution triangle. Pendekatan segitiga restitusi melalui proses tiga tahapan didasarkan pada prinsip-prinsip utama dari Teori Kontrol, yaitu:

 

Tahapan

Teori Kontrol

1

Menstabilkan Identitas

Stabilize the Identity

Kita semua akan melakukan hal terbaik yang bisa kita lakukan

2

Validasi Tindakan yang Salah

Validate the Misbehaviour

Semua perilaku memiliki alasan

3

Menanyakan Keyakinan

Seek the Belief

Kita semua memiliki motivasi internal

 

Ketiga strategi tersebut direpresentasikan dalam 3 sisi segitiga restitusi. Langkah[1]langkah tersebut tidak harus dilakukan satu persatu secara kaku. Banyak guru yang sudah menggunakannya dalam berbagai versi menurut gaya mereka masing-masing bahkan tanpa mengetahui tentang teori restitusi.

 

Segitiga Restitusi

 

1.       Menstabilkan Identitas (Stabilize the Identity)

Bagian dasar dari segitiga bertujuan untuk mengubah identitas anak dari orang yang gagal karena melakukan kesalahan menjadi orang yang sukses. Anak yang melanggar peraturan karena sedang mencari perhatian adalah anak yang sedang mengalami kegagalan. Dia mencoba untuk memenuhi kebutuhan dasarnya namun ada benturan. Kalau kita mengkritik dia, maka kita akan tetap membuatnya dalam posisi gagal. Kalau kita ingin ia menjadi reflektif, maka kita harus meyakinkan si anak.

2.       Validasi Tindakan yang Salah (Validate the Misbehavior)

Setiap tindakan kita dilakukan dengan suatu tujuan, yaitu memenuhi kebutuhan dasar. Kalau kita memahami kebutuhan dasar apa yang mendasari sebuah tindakan, kita akan bisa menemukan cara-cara paling efektif untuk memenuhi kebutuhan tersebut.

3.       Menanyakan Keyakinan (Seek the Belief)

Teori kontrol menyatakan bahwa kita pada dasarnya termotivasi secara internal. Ketika identitas sukses telah tercapai (langkah 1) dan tingkah laku yang salah telah divalidasi (langkah 2), maka anak akan siap untuk dihubungkan dengan nilai-nilai yang dia percaya, dan berpindah menjadi orang yang dia inginkan.

 Penerapan Segitiga Restitusi :

Kasus 1

Kasus 2


F.       Penutup

Demikianlah pembahasan materi 1.4 Budaya Positif, Yang saya ambil dari dalam LMS Pendidikan Guru Penggerak, Semoga kita semua dapat melaksanakan Budaya Positif dalam kehidupan sehari demi terwujudnya tujuan pembelajaran yang kita harapkan. Aamiin

 Sumber : Paket Modul 1 Paradigma dan Visi Guru Penggerak. Modul 1.4. Budaya Positif


Sabtu, 01 Oktober 2022

Aplikasi Leger Lengkap (SMP) Tahun 2023

  Assalamu'alaikum Wr. Wb.

Salam sejahtera untuk kita semua. Apa kabar guru-guru hebat seluruh Indonesia? Mudah-mudahan kita selalu diberikan kesehatan dan kelancaran dalam melaksanakan tugas pokok kita sebagai guru. 

Sebelumnya saya minta maaf mungkin pada aplikasi sebelumnyanya  Aplikasi Leger, Rata-rata Raport, Nilai Ujian Sekolah, dan Surat Keterangan (SMP) ada teman-teman guru yang mengunduh aplikasinya menjadi rusak dan tidak sesuai dengan aplikasi Awalnya. Tapi tenang aplikasinya sudah dibenerin lagi, sekarang sudah bisa diunduh kembali dan aplikasinya mudah-mudahan sesuai dengan harapan.

Nah, sekarang saya mencoba untuk membagikan kembali Aplikasi Leger, Rata-rata Raport, dan Pengolahan Nilai Ujian Sekolah dan Surat Keterangan Kelulusan untuk SMP tahun 2023. 

Aplikasi ini dibuat untuk membantu guru/wali kelas/TU dalam merekap nilai rapor secara komputerisasi (yang tulis tangan tetap harus dilakukan juga ya....) dan Leger pun siap untuk dicetak. Selain itu perhitungan rata-rata sanggup dilakukan secara otomatis dan menghemat segalanya. Untuk inilah saya akan membagikan aplikasi sederhana ini untuk mengolah nilai rapot + leger nilai siswa + Nilai Ujian Sekolah + Surat Keterangan kelulusan siswa.

Silahkan kalau ingin mencoba aplikasi ini aplikasi excel sederhana tanpa ribet.


Silakan unduh disini

Untuk mempermudah mengoperasikan aplikasi ini silahkan baca petunjuk lengkapnya ya.... 


Demikianlah apa yang saya bagikan hari ini semoga bermanfaat.

Wassalamu'alaikum Wr. Wb.

Rabu, 14 September 2022

Perencanaan Berbasis Data (PBD) sebagai bagian dari Merdeka Belajar

A. Latar Belakang

Kemdikbudristek telah menetapkan Visi Pendidikan Indonesia sebagai  panduan dalam merumuskan kerja pendidikan, yakni "Mewujudkan Indonesia maju yang berdaulat,  mandiri, dan berkepribadian melalui  terciptanya Pelajar Pancasila yang beriman,  bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan  berakhlak mulia, mandiri, bernalar kritis,  kreatif, bergotong royong, dan berkebinekaan global".

Enam Profil Pelajar Pancasila sebagai Dasar Pendidikan
  • Beriman, Bertakwa kepada Tuhan  YME, dan Berakhlak mulia
Pelajar Indonesia yangberakhlakmulia adalah pelajar yang  berakhlak dalam hubungannya dengan Tuhan Yang Maha  Esa. Ia memahami ajaran agama dan kepercayaan serta  menerapkan pemahaman tersebut dalam kehidupan sehari-  hari.
  • Berkebinekaan Global
Pelajar Indonesia mempertahankan budaya luhur, loyalitas,  dan identitasnya, dan tetap berpikiran terbuka dalam  berinteraksi dengan budaya lainnya, sehingga  menumbuhkan rasa saling menghargai dan kemungkinan  terbentuknya budaya baru yangpositif dan bertetangga  dengan budaya luhur bangsa.
  • Gotong Royong
Pelajar Indonesia memiliki kemampuan gotong-royong,  yaitu kemampuan untuk melakukan kegiatan secara  bersama-sama dengan suka rela agar kegiatan yang  dikerjakan dapat berjalan lancar, mudah dan ringan.

  • Mandiri

Pelajar Indonesia merupakan pelajar mandiri, yaitu pelajar  yang bertanggung jawab atas proses dan hasil belajarnya.

  • Bernalar Kritis

Pelajar yang bernalar kritis mampu secara objektif  memproses informasi baik kualitatif maupun kuantitatif,  membangun keterkaitan antar berbagai informasi,  menganalisis informasi, mengevaluasi dan  menyimpulkannya. 

  • Kreatif

Pelajar yang kreatif mampu memodifikasi dan  menghasilkan suatu yang orisinil, bermakna, bermanfaat,  dan berdampak. 

Hasil Asesmen Nasional yang dilakukan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudriatek) pada 2021 dirilis Mendikbudristek Nadiem Makarim. Berdasarkan hasil asesmen yang diikuti oleh lebih dari 6,5 juta peserta didik, terdapat isu kompetensi siswa di Indonesia dengan perbedaan capaian per jenjang mulai dari SD, SMP, hingga SMA/sederajat.
Sumber: Kemendikbudriatek

Selain itu, Isu-Isu Perundungan dan Kekerasan Seksual Perlu Menjadi Perhatian  Khusus dalam Satuan Pendidikan (data bersumber dari AN seluruh jenjang (SD/MI/SMP/MTs/SMA/SMK/MA/sederajat).
  • 24,4% peserta didik berpotensi mengalami  insiden perundungan di  satuan pendidikan dalam  satu tahun terakhir
  • 22,4% peserta didik menjawab “Pernah”  pada pertanyaan survei  yangmenunjukkan  potensi insiden  kekerasan seksual
Maka dari itu, untuk mewujudkan visi pendidikan Indonesia, dikeluarkan kebijakan Merdeka Belajar bagi tercapainya pendidikan berkualitas bagi seluruh rakyat Indonesia. Pendidikan berkualitas dalam hal ini adalah memastikan peserta didik  mengalami kemajuan belajar sehingga lebih kompeten dan  berkarakter.

B. Rapor Pendidikan 
Rapor Pendidikan adalah platform yang menyediakan data laporan hasil evaluasi sistem pendidikan sebagai penyempurnaan rapor mutu sebelumnya. Kebijakan evaluasi sistem pendidikan yang baru lebih menekankan pada orientasi terhadap mutu pendidikan dan sistem yang terintegrasi. Peluncuran platform Rapor Pendidikan didasari oleh Permendikbudristek Nomor 9 Tahun 2022 Tentang Evaluasi Sistem Pendidikan Oleh Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah Terhadap Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah.
Platform ini ditujukan untuk satuan pendidikan dan pemerintah daerah agar bisa mengidentifikasi tantangan pendidikan di satuan Pendidikan dan menjadi bahan untuk refleksi sehingga bisa menyusun rencana perbaikan pendidikan secara lebih tepat dan berbasis data. Satuan pendidikan dapat melihat secara detail elemen-elemen per dimensi, sehingga dapat menggali kondisi capaian dan proses pembelajaran di tempat masing-masing.
Rapor Pendidikan dapat digunakan sebagai referensi utama dalam menganalisa, merencanakan, dan tindak lanjut peningkatan kualitas pendidikan. Data yang disajikan objektif dan andal karena laporan tersaji secara otomatis dan terintegrasi. Rapor pendidikan juga berfungsi sebagai instrumen pengukuran untuk evaluasi sistem pendidikan secara keseluruhan baik evaluasi internal maupun eksternal yang berorientasi pada mutu dan pemerataan hasil belajar (output).
Rapor Pendidikan memiliki sejumlah perbedaan dibandingkan Rapor Mutu. Rapor Mutu  mengukur delapan indikator capaian pendidikan berdasarkan Standar Nasional Pendidikan dengan menggunakan data yang bersumber dari Dapodik dan hasil penginputan langsung oleh sekolah melalui aplikasi EDS. Sedangkan Rapor Pendidikan mengukur indikator yang disusun berdasarkan input, proses, dan output pendidikan yang diturunkan dari delapan Standar Nasional Pendidikan. Satuan pendidikan juga tidak melakukan pengisian (input) data ke aplikasi, namun data diambil dari berbagai sistem dan sumber data yang sudah ada, seperti Dapodik, SIMPKB, AN, BPS, dan sumber lain yang relevan. 
Rapor Pendidikan dapat diakses melalui laman situs https://raporpendidikan.kemdikbud.go.id/ di peramban desktop maupun ponsel pintar Anda.  Untuk masuk ke dalam dashboard, satuan pendidikan maupun Dinas Pendidikan daerah wajib menggunakan akun pembelajaran (belajar.id). 
Yang dapat mengakses Rapor Pendidikan hanyalah kepala dan operator satuan pendidikan serta pejabat dinas yang ditunjuk. Namun pada rilis berikutnya, tenaga pendidik juga akan diberikan akses untuk masuk ke platform Rapor Pendidikan.
Cara Masuk ke platform Raport Pendidikan: 
  • Masuk ke halaman situs https://raporpendidikan.kemdikbud.go.id/ 
  • Klik tombol “Masuk sebagai Satuan / Dinas Pendidikan” di halaman ini (raporpendidikan.kemdikbud.go.id/)
  • Pilih akun Google dengan alamat email berakhiran @dinas.belajar.id atau @admin.jenjang.belajar.id
Platform Rapor Pendidikan
  • Ketika Anda mengakses Rapor Pendidikan dan kemudian muncul halaman "Anda Tidak Memiliki Akses". Hal tersebut bisa muncul karena:
  1. Anda menggunakan akun email pribadi. Untuk itu, silakan masuk menggunakan Akun Belajar.id yang berakhiran @dinas.belajar.id, atau @admin.jenjang.belajar.id
  2. Anda bukan kepala satuan pendidikan, dinas pendidikan daerah, atau operator sekolah. 
  3. Anda belum memiliki Akun Belajar.id
  4. Anda belum mengaktifkan Akun Belajar.id 
  • Jika, Anda sukses dapat mengakses Rapor Pendidikan  kemudian akan muncul halaman berikut:
halaman Rapor Satuan Pendidikan
dari halaman tersebut dapat mengetahui informasi  Ringkasan Kualitas Pendidikan Satuan Pendidikan Anda. seperti:
  • Mutu Hasil Belajar Peserta Didik
  • Iklim Keamanan dan Inklusivitas di Satuan Pendidikan
  • Kompetensi GTK, dan 
  • Menilai kualitas pendidikan satuan pendidikan dengan Melihat Keseluruhan Data

C. Perencanaan Berbasis Data (PBD) 
Perencanaan Berbasis Data (PBD) adalah perencanaan yang dilakukan oleh satuan pendidikan, program pendidikan, lembaga pendidikan, maupun pemerintah daerah yang didasarkan pada data Rapor Pendidikan. Perencanaan berbasis data bertujuan untuk mencapai peningkatan dan perbaikan mutu pendidikan yang berkesinambungan.
Selain itu, perencanaan berbasis data juga bertujuan memberikan perbaikan pembelanjaan anggaran yang efektif dan akuntabel sesuai dengan kebutuhan dinas maupun satuan pendidikan. Satuan pendidikan dan pemerintah daerah dapat melakukan refleksi diri dengan menganalisis data dalam Rapor Pendidikan, mengidentifikasi akar masalah, dan menyusun rencana kegiatan dalam RKAS atau RKPD untuk meningkatkan kualitas pendidikan.
Dalam konteks perencanaan berbasis data, satuan pendidikan dan dinas pendidikan daerah dapat melakukan transformasi pendidikan dalam kerangka Merdeka Belajar dan melakukan perencanaan menggunakan data dari Rapor Pendidikan untuk  melakukan refleksi dan evaluasi bersama tenaga pendidik di satuan pendidikan untuk kemudian digunakan sebagai dasar Perencanaan Berbasis Data (PBD) yang tepat dan akurat sebagai upaya peningkatan kualitas satuan pendidikan.
Untuk mendapatkan Laporan Rapor Pendidikan  dan Rekomendasi Perencanaan Berbasis Data (PBD), dengan cara masuk ke halaman Tindak Lanjut pada platform Rapor Pendidikan. Laporan akan terunduh dalam format Excel dan terdiri dari data ringkasan serta detail masing-masing indikator dengan mengklik Unduh Rapor Pendidikan. Setelah mengunduh Rapor Pendidikan Anda, langkah selanjutnya adalah merencanakan peningkatan kualitas pendidikan berdasarkan data tersebut. Kemendikbudristek juga telah menyediakan 1) Dokumen Rekomendasi PBD sebagai panduan perencanaan, serta 2) Dokumen Uraian Kegiatan ARKAS sebagai referensi Anda dalam menganggarkan tindak lanjut ke aplikasi ARKAS. Kedua dokumen tersebut dapat Anda unduh melalui tombol Unduh Rekomendasi PBD.
Pada halaman Tindak Lanjut kita dapat mendapatkan informasi dalam format Excel:
  1. Laporan Rapor Pendidikan: berisi keseluruhan indikator dan nilai yang dicapai satuan pendidikan berdasarkan hasil Asesmen Nasional
  2. Rekomendasi PBD: berisi rekomendasi perencanaan berbasis data (PBD) dengan menampilkan 5 indikator prioritas Kemendikbudristek (literasi, numerasi, karakter, keamanan, dan kebhinekaan).
  3. Uraian Kegiatan Arkas: berisi rekomendasi kegiatan yang dapat dilaksanakan satuan pendidikan (berdasarkan rekomendasi PBD) dan kode kegiatan ARKAS terkait.
Dan pada Rekomendasi PBD terdapat:
  • Prioritas Rekomendasi: rekomendasi PBD dengan menampilkan 5 AKAR MASALAH UTAMA berdasarkan nilai terendah dari indikator prioritas level 1. 
  • Seluruh Rekomendasi: rekomendasi PBD dengan menampilkan SELURUH AKAR MASALAH berdasarkan nilai terendah dari masing-masing indikator prioritas level 1. 
Semoga dengan hasil Perencanaan Berbasis Data (PBD) yang sudah ada, maka satuan  pendidikan dapat mengidentifikasi, merefleksikan, dan membenahi kondisi  satuan pendidikannya, Sehingga satuan pendidikan (sekolah) sebagai penyelenggara pendidikan yang lebih baik dan berkualitas sesuai dengan visi pendidikan Indonesia. Demikian tulisan singkat ini semoga dapat bermanfaat.


Sumber: 
https://raporpendidikan.kemdikbud.go.id/app
https://ditsmp.kemdikbud.go.id/yuk-manfaatkan-rapor-pendidikan-untuk-perencanaan-berbasis-data/
https://pusatinformasi.raporpendidikan.kemdikbud.go.id/hc/en-us/articles/10449685680921-Menerapkan-Perencanaan-Berbasis-Data-PBD-untuk-Pendidikan-Dasar-dan-Menengah-Dikdasmen-







Rabu, 13 Juli 2022

Asesmen Diagnostik

 

Fungsi Asesmen


Assalamu'alaikum Wr. Wb.
Asesmen Diagnostik merupakan penilaian/asesmen yang dilakukan secara spesifik dengan tujuan untuk mengidentifikasi atau mengetahui karakteristik, kondisi kompetensi, kekuatan, dan kelemahan model belajar peserta didik sehingga pembelajaran dapat dirancang sesuai dengan kompetensi dan kondisi peserta didik yang beragam. Kemampuan dan keterampilan peserta didik di dalam sebuah kelas berbeda-beda. Ada yang lebih cepat paham dalam topik tertentu, namun ada juga yang membutuhkan waktu lebih lama untuk memahami topik tersebut. Peserta didik yang cepat paham dalam satu topik, belum tentu cepat paham dalam topik lainnya. Asesmen diagnosis memetakan kemampuan semua siswa di kelas secara cepat, untuk mengetahui siapa saja yang sudah paham, siapa saja yang agak paham, dan siapa saja yang belum paham. Dengan demikian Bapak/Ibu guru dapat menyesuaikan materi pembelajaran dengan kemampuan siswa.

Asesmen diagnostik bertujuan untuk mendiagnosis kemampuan dasar siswa dan mengetahui kondisi awal siswa. Asesmen diagnostik terbagi menjadi asesmen diagnostik non-kognitif dan asesmen diagnosis kognitif.

Tujuan Asesmen Diagnostik

A. Asesmen diagnostik non-kognitif

Tujuan asesmen diagnostik non-kognitif adalah:

  • Mengetahui kesejahteraan psikologi dan sosial emosi siswa
  • Mengetahui aktivitas selama belajar di rumah
  • Mengetahui latar belakang pergaulan siswa
  • Mengetahui gaya belajar, karakter serta minat siswa

Tahapan melaksanakan asesmen diagnostik non-kognitif adalah:

Persiapan. Contoh:

  • Siapkan alat bantu berupa gambar-gambar yang mewakili
  • Buat daftar pertanyaan kunci mengenai aktivitas siswa

Pelaksanaan. Contoh: 

  • Meminta siswa mengekspresikan perasaannya selama belajar di rumah serta menjelaskan aktivitasnya, bisa dengan cara bertutur langsung (bercerita), menuliskannya, atau melalui gambar.
  • Pelaksanaan dapat dilakukan dengan strategi tanya-jawab:
  • Memastikan pertanyaan jelas dan mudah dipahami
  • Menyertakan acuan atau stimulus informasi yang dapat membantu siswa menemukan jawabannya
  • Memberikan waktu berpikir pada siswa sebelum menjawab pertanyaan

Tindak Lanjut. Contoh:

  • Identifikasi siswa dengan ekspresi emosi negatif dan ajak berdiskusi empat mata
  • Menentukan tindak lanjut dan mengomunikasikan dengan siswa serta orang tua bila diperlukan
  • Ulangi pelaksanaan asesmen non-kognitif pada awal pembelajaran

Contoh Instrumen:

https://bit.ly/asesmenDNK  atau 






B. Asesmen diagnostik kognitif

Tujuan asesmen diagnostik kognitif adalah:

  • Mengidentifikasi capaian kompetensi siswa
  • Menyesuaikan pembelajaran di kelas dengan kompetensi rata-rata siswa
  • Memberikan kelas remedial atau pelajaran tambahan kepada siswa yang kompetensinya di bawah rata-rata

Tahapan melaksanakan asesmen diagnostik kognitif adalah:

Persiapan & Pelaksanaan

  1. Buat jadwal pelaksanaan asesmen
  2. Identifikasi materi asesmen berdasarkan penyederhanaan kompetensi dasar yang disediakan oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan
  3. Susun pertanyaan sederhana yang meliputi:

    • 2 pertanyaan sesuai kelasnya, dengan topik capaian pembelajaran baru
    • 6 pertanyaan dengan topik satu kelas di bawah
    • 2 pertanyaan dengan topik dua kelas di bawah (sesuaikan pertanyaan dengan topik yang menjadi prasyarat untuk bisa mengikuti pembelajaran di jenjang sekarang)
    • Berikan asesmen untuk semua siswa di kelas, baik yang belajar tatap muka di sekolah maupun yang belajar di rumah

Tindak Lanjut

1. Lakukan pengolahan hasil asesmen

    • Buat penilaian dengan kategori “Paham utuh”, “Paham sebagian”, dan “Tidak paham”
    • Hitung rata-rata kelas
2. Bagi siswa menjadi tiga kelompok:

    • Siswa dengan nilai rata-rata kelas akan mengikuti pembelajaran dengan ATP sesuai fasenya
    • Siswa dengan nilai di bawah rata-rata mengikuti pembelajaran dengan diberikan pendampingan pada kompetensi yang belum terpenuhi
    • Siswa dengan nilai di atas rata-rata mengikuti pembelajaran dengan pengayaan
3. Lakukan penilaian pembelajaran topik yang sudah diajarkan sebelum memulai topik pembelajaran baru, untuk menyesuaikan pembelajaran sesuai dengan rata-rata kemampuan siswa

4. Ulangi proses diagnosis ini dengan melakukan asesmen formatif (dengan bentuk dan strategi yang variatif), sampai siswa mencapai tingkat kompetensi yang diharapkan.

Guru mata pelajaran harus melakukan asesmen diagnostik karena asumsinya belum tentu peserta didik menyukai atau memahami semua mata pelajaran yang diampunya. Peserta didik menyukai satu pelajaran tetapi kurang memahami di pelajaran lainnya, sehingga bisa dilakukan pemetaan dengan kemampuan kompetensinya. Semakin banyak guru mata pelajaran melakukan asesmen diagnostik secara berkala maka akan semakin banyak data dan akan baik dalam memberikan layanan yang terkait dengan karakteristik peserta didik. Biasnya capaian pembelajaran ini sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya karena kondisi ekonomi dan kondisi sosial lingkungan peserta didik. Dengan demikian siapa saja yang perlu dibantu atas ketertinggalan capaian pembelajaran dan instrumen apa saja yang mesti disiapkan untuk menanganinya.

Dalam hal ini, Sekolah perlu membentuk tim penyusun asesmen diagnostik sekolah yang melibatkan pemangku kebijakan/stakeholder, kepala sekolah, guru-guru, dan orang tua.

Dengan asessmen diagnostik kemampuan atau karakteristik peserta didik bisa mempengaruhi metodologi dan model pembelajaran terbaik apa yang bisa diterapkan dan sesuaikan dengan capaian pembelajaran peserta didik yang terbarukan atau kekinian, bukan lagi teoritis semata tetapi juga kepada skill dan sikap. Dengan hal ini asesmen diagnostik bisa diterapkan dengan mengutamakan keberagaman siswa sebagaimana hakikat pendidikan sepanjang hayat. Guru sebagai fasilitator pembelajaran akan tahu hasil asesmen diagnostik maka apapun model pembelajaran akan sangat mudah diterapkan terhadap kaberagaman karakteristik peserta didik. Baik itu tutor sebaya, peer teaching dan lainnya.

Mengenai metode atau model pembelajaran sebenarnya tidak ada satu pun yang baku atau paling cocok dan bahkan yang terbaik. Tetapi yang ada adalah bagaimana guru bisa mengemas menggunakan berbagai model atau metode yang bervariasi, mampu menggali kreativitas, inovasi, eksplorasi, improvisasi dan komunikasi yang harmonis dengan peserta didik. Apabila kita sudah mengenal karakteristik siswa yang beragam harus memperhatikan mayoritas terlebih dahulu dari hasil asesmen diagnostik dari tipe kecenderungan anak belajar seperti apa, sehingga bisa mentukan keinginan anak seperti apa dan bagaimana guru bisa menggunakan model atau metode yang bervariasi.

Dengan menggunakan asesmen diagnostik diharapkan dapat digunakan untuk memetakan kemampuan siswa secara cepat. Salah satunya adalah mengetahui karakteristik dari aspek pemahaman terhadap materi. Mana siswa yang sudah paham, mana siswa yang sudah cukup paham dan mana yang belum paham mengenai capaian materi. Dari karakteristik yang sudah diketahui melalui asesmen, maka guru akan bisa menentukan dan memilih metode atau model pembelajaran yang tepat, guru juga dapat memilih alat, bahan atau media yang akan digunakan secara tepat, guru juga dapat menyesuaikan materi dengan kemampuan rata-rata siswanya.

Demikian pembembahasan terkait asesmen diagnostik, semoga dapat bermanfaat.

Wassalamu'alaikum Wr. Wb.

Sumber :

https://guru.kemdikbud.go.id/kurikulum/perkenalan/asesmen/jenis/diagnostik/

https://akupintar.id/info-pintar/-/blogs/pentingnya-guru-melakukan-asesmen-diagnostik#:~:text=Asesmen%20Diagnostik%20merupakan%20penilaian%2Fasesmen,kondisi%20peserta%20didik%20yang%20beragam.



Senin, 30 Mei 2022

Aplikasi Surat Keterangan Kelakuan Baik (SKKB) Tahun 2022

Assalamu'alaikum Wr. Wb.


Salam sejahtera untuk kita semua. Dalam menunjang administrasi di sekolah, kita harus mempunyai dan menyimpan banyak format surat menyurat yang dibutuhkan oleh sekolah. Diantara surat yang sering dibutuhkan oleh siswa adalah Surat Keterangan Kelakuan Baik atau yang lebih sering disebut dengan SKKB. Surat ini banyak dibutuhkan untuk proses mutasi dan melanjutkan ke tingkat pendidikan yang lebih tinggi.

SKKB adalah Surat Keterangan Kelakuan Baik yang dikeluarkan oleh Kepala Sekolah dan diberikan kepada siswa untuk menunjukkan bahwa siswa tersebut keluar dari sekolah dengan cara baik-baik, bukan karena dikeluarkan atau diberhentikan.

Kali ini saya mencoba untuk membagikan aplikasi yang dibuat berbasis excel sehingga mudah untuk digunakan oleh bapak/ibu guru di sekolah.

Bagi yang memerlukan aplikasi isi, silahkan download di sini.

Semoga dapat bermanfaat.

Wassalammu'alaikum Wr. Wb.


Rabu, 20 April 2022

Aplikasi Pengolahan Nilai Untuk Leger dan Surat Keterangan Kelulusan SMP Tahun 2022

 Assalamu'alaikum Wr. Wb.

Salam sejahtera untuk kita semua. Apa kabar guru-guru hebat seluruh Indonesia? Mudah-mudahan kita selalu diberikan kesehatan dan kelancaran dalam melaksanakan tugas pokok kita sebagai guru. 

Cover Aplikasi

Sebelumnya saya minta maaf mungkin pada aplikasi sebelumnyanya  Aplikasi Leger, Rata-rata Raport, Nilai Ujian Sekolah, dan Surat Keterangan (SMP) ada teman-teman guru yang mengunduh aplikasinya menjadi rusak dan tidak sesuai dengan aplikasi Awalnya. Tapi tenang aplikasinya sudah dibenerin lagi, sekarang sudah bisa diunduh kembali dan aplikasinya mudah-mudahan sesuai dengan harapan.

Nah, sekarang saya mencoba untuk membagikan kembali Aplikasi Leger, Rata-rata Raport, dan Pengolahan Nilai Ujian Sekolah dan Surat Keterangan Kelulusan untuk SMP tahun 2022. 

Aplikasi ini dibuat untuk membantu guru/wali kelas/TU dalam merekap nilai rapor secara komputerisasi (yang tulis tangan tetap harus dilakukan juga ya....) dan Leger pun siap untuk dicetak. Selain itu perhitungan rata-rata sanggup dilakukan secara otomatis dan menghemat segalanya. Untuk inilah saya akan membagikan aplikasi sederhana ini untuk mengolah nilai rapot + leger nilai siswa + Nilai Ujian Sekolah + Surat Keterangan kelulusan siswa.

Silahkan kalau ingin mencoba aplikasi ini aplikasi excel sederhana tanpa ribet.

cover leger

Silakan unduh disini

Untuk mempermudah mengoperasikan aplikasi ini silahkan baca petunjuk lengkapnya ya.... 


Demikianlah apa yang saya bagikan hari ini semoga bermanfaat.

Wassalamu'alaikum Wr. Wb.

Selasa, 08 Maret 2022

Lupa Password Akun Belajar.id, Ini Cara Resetnya.

Assalamu'alaikum Wr. Wb.

Bapak/Ibu Guru Hebat, Apa yang kita lakukan ketika kita lupa password akun pembelajaran? Cara yang paling mudah adalah lakukan reset password, itu solusinya. Reset password artinya kita mengajukan password baru kepada admin. Berkaitan dengan akun pembelajaran, siapa yang bertugas sebagai Admin di masing-masing satuan pendidikan? OPS (Operator Sekolah) kah, atau kepala TU kah, atau Kepala Sekolah kah? Akun Admin ada embel-embel adminnya, kalo di SMP, ***@admin.smp.belajar.id. Akun admin ini biasanya milik Kepala Sekolah di masing-masing Satuan Pendidikan  SMP.

Admin dapat mereset akun PD (Peserta Didik) dan akun PTK. Berikut cara mereset akun pembelajaran yang lupa password:

1. Buka Browser Google Chrome







2. Klik persegi sembilan titik, scroll ke bawah klik admin








3. Selanjutnya, login sebagai admin








4. Selanjutnya, klik pengguna 








5. Kemudian cari akun yang akan kita reset, klik Reset password. Ada dua pilihan buat password secara otomatis dan buat sandi sesuai keinginan pemilik akun.








6. Berikan password baru hasil reset tersebut kepada yang bersangkutan, untuk melakukan aktivasi ulang.

Demikian cara mereset password akun pembelajaran, semoga bermanfaat.

Wassalamu'alaikum Wr. Wb.